PALANGKA RAYA – Satu bulan lagi, perayaan keagamaan bagi umat Nasrani. Namun, masyarakat sudah dipusingkan oleh kelangkaan dan lonjakan harga gas elpiji di eceran.
Berdasarkan informasi, sekitaran Jalan Bukit Keminting, harga tabung melon tembus Rp30 ribu. Begitu juga di seputaran jalan Tingang, kisaran harga Rp27 ribu. Bahkan di sekitaran jalan Rajawali, stok tidak ada. Lonjakan harga tersebut sudah melampui HET dari pemerintah Rp18 ribu per tabung.
Menurut Amin, pemiliki kios yang menjual tabung elpiji 3 kg ketika dibincangi, Kamis (23/11/2017), sudah seminggu dirinya tidak menerima pasokan dari agen. Sehingga harus menjual mahal di luar Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Ini juga jual sisa semalam de. Kok bisa langka gini ya. Apa ada yang nimbun,” ungkapnya seraya bertanya-tanya.
Senada diungkapkan Sari, seorang mahasiswa UPR semester V. Diakui, semenjak harga melonjak dan terjadi kelangkaan, dirinya tidak memasak makanan di kost. Namun, lebih memilih membeli makanan siap saji dari luar.
“Malas beli. Habisnya mahal banget. Di pangkalan dekat rumah habis, pokoknya rata-rata semua pedagang eceran disini menjual mahal,” imbuhnya.
Langkanya tabung gas 3 kg, bukan baru kali ini dikeluhkan oleh warga. Satu bulan lalu kondisi serupa terjadi. Namun sayangnya, pihak Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral hanya sebatas melakukan pemantauan di tingkat agen atau pangkalan saja.
“Pengawasan hanya dilakukan terhadap agen dan pangkalan. Sedangkan harga di pengecer, itu diluar pengawasan kami,” terang
Analis Migas Bidang Pengawasan Andi Saputra ketika pertemuan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Kantor Gubernur Kalteng.